SUDAH MERDEKAKAH MASA DEPAN ANAK-ANAK INDONESIA?
Keseruan perayaan kemerdekaan begitu dirasakan anak-anak. Aneka perlombaan diadakan untuk memperingati hari kemerdekaan negeri kita tercinta. Mereka yang dengan senangnya berpartisipasi berlomba untuk memenangkan hadiah walau hanya sebatas buku dan alat tulis. Tapi jika dipikirkan lebih mendalam lagi, apakah benar anak-anak tersebut sudah merdeka? Apakah akan berguna hadiah buku dan alat tulis yang mereka dapatkan? Apakah mereka bisa dengan bebasnya memilih cita-cita terbaik mereka kelak?
Sudah merdeka kah pendidikan anak-anak Indonesia? Bahkan untuk pendidikan pertama dari rumahpun sebenarnya meraka sudah sangat kurang mendapatkannya. Para orang tua dihadapkan pada situasi dimana mereka harus bekerja dari mulai matahari belum terbit dan kembali ke rumah saat matahari sudah tenggelam, mungkin juga dari anak-anak belum bangun sampai dengan anak-anak sudah tidur kembali semua karena mereka harus sampai di kantor tepat waktu ditengah kemacetan yang terjadi di jalanan. Kemacetan dijalan raya yang sebenarnya hanya masalah kedisiplinan semata. Karena tidak disiplin antri dan saling mendahului yang menyebabkan kemacetan, karena tidak dispilin memberhentikan kendaraan di tempat yang telah disediakan membuat angkutan umum pun bebas untuk berhenti semaunya, karena tidak disiplin para penegak hukum di jalan yang masih membiarkan pelanggaran terjadi. Seperti itukah kemerdekaan untuk anak-anak Indonesia?
Sudah merdeka kah pendidikan anak-anak Indonesia? Ditengah gempuran tayangan-tayangan yang tidak memperhatikan lagi esensi dari tayangan yang berikan melainkan hanya mementingkan rating semata yang pada akhirnya akan membuat kaya para pemilik media tanah air. Dihadapkan pada banyaknya tayangan yang memperlihatkan perkataan yang tidak pantas, cara komunikasi yang tidak baik antar sesama dengan mengajarkan saling menghina, gerakan-gerakan tidak senonoh yang dibalut dalam musik dan dianggap seni, cerita-cerita sinetron yang tidak masuk akal yang bisa mengubah pola pikir anak-anak bahwa hidup tidak perlu perjuangan. Ditambah dengan adanya berbagai macam perkembangan teknologi yang membuat anak-anak sekarang cukup bermain di dalam rumah dengan gadget masing-masing dan tidak berinteraksi lagi dengan teman-teman secara langsung di luar rumah. Seperti itukah kemerdekaan untuk anak-anak Indonesia?
Sudah merdeka kah pendidikan anak-anak Indonesia? Jika untuk mencapai sekolahnya saja, mereka harus mencapai jarak yang terbilang jauh untuk anak kecil? Di perkotaan anak-anak berangkat sekolah dengan dibekali kemacetan yang membuat mereka harus pergi lebih pagi untuk sampai di sekolah tepat waktu. Lain lagi dengan anak-anak yang berada di daerah, ada yang harus mencapai sekolah dengan menyebrangi jembatan tali yang sudah rusak atau bahkan menyebrangi langsung sungai karena jembatannya sudah ambruk. Selain perjuangan ke sekolah, perjuangan untuk diterima di sekolah pun dikatakan bukan perjuangan yang mudah karena untuk masuk SD saja sekarang sudah ada tes yang harus dilalui oleh anak-anak, belum lagi untuk melanjutkan di tingkatan selanjutnya yang makin sulit. Mereka harus dibebani dengan tingkat stress yang tinggi karena harus mencapai apa yang dicita-citakannya. Seperti itukah kemerdekaan untuk anak-anak Indonesia?
Sudah merdeka kah pendidikan anak-anak Indonesia? Di saat mereka harus berupaya membekali diri dengan pendidikan untuk kelak siap memasuki dunia kerja, begitu susahnya mereka masuk ke universitas favorit, dimana sekarang bahkan universitas negeri pun biayanya sangat tinggi. Disamping itu, quota berkurang dikarenakan adanya kelas khusus bagi mereka yang berani untuk membayar lebih mahal lagi agar masuk di universitas favorit tersebut. Mereka yang dengan sungguh-sungguh mengejar cita-cita tetapi modal yang sedikit akan kalah dengan anak-anak orang kaya yang mungkin kuliah hanya sekedar mendapatkan gelar saja. Selain itu para pemilik kuasa di beberapa universitas ada juga yang terlalu mementingkan kepentingan pribadi. Mereka akan dengan santainya mengeluarkan ijasah untuk para mahasiswanya tanpa menimbang dan memperhatikan lagi kualitas dari para lulusannya, karena para mahasiswa tersebut cukup hanya membayar nominal tertentu untuk dapat wisuda dan memperoleh ijasah serta gelar dari universitas yang dimaksud. Seperti itukah kemerdekaan untuk anak-anak Indonesia?
Mau jadi apa anak-anak Indonesia kelak jika sedari kecil, dimulai dari pendidikan di rumah sampai dengan mereka besar dan mengenyam pendidikan tinggi semua tidak mendukung kemajuan pola berpikir yang baik?
Andai saja kesadaran masyarakat Indonesia khususnya di kota besar tinggi, mereka tentunya akan disiplin di jalan raya dan para orang tua pasti akan terhindar dari kemacetan bahkan mungkin sempat untuk dapat membuatkan sekedar sarapan untuk anak-anak mereka. Dengan tidak adanya kemacetan orang tua bisa pulang lebih cepat sampai dirumah dan membantu anak-anak mengerjakan PR sehingga bisa lebih memahami kecerdasan anaknya. Ingatlah bahwa pendidikan pertama yang diterima oleh anak-anak bukanlah dari Taman Bermain atau Taman Kanak-Kanak melainkan dari orang tua dan lingkungan rumahnya lah para anak kecil itu membentuk kepribadian.
Andai saja pihak penyiaran Indonesia lebih memperketat lagi materi siaran di negeri kita ini, mungkin anak-anak sekarang kembali menyanyikan lagu Balonku, Pelangi atau lagu lain yang sesuai usianya, bukan lagu-lagu percintaan atau dangdut yang liriknya tidak mereka mengerti. Mungkin akan ada lagi acara khusus anak-anak seperti Si Komo yang pada jaman dahulu bisa mengajarkan hal yang baik kepada anak-anak dengan cara yang mudah diterima, akan ada lagi masa-masa dimana hari minggu pagi sampai siang tayangan televisi dipenuhi dengan acara kartun untuk anak-anak.
Andai saja pemerintah lebih memperhatikan pendidikan di Indonesia, sekolah-sekolah baik di kota maupun di daerah pedalaman diberikan fasilitas yang sama, bangunan yang baik, dan jumlah yang banyak dengan kualitas pendidikan terbaik, serta biaya yang benar-benar gratis baik dari uang bulanan sampai dengan semua peralatannya tanpa tambahan sepeserpun, maka bisa kita bayangkan kelak anak-anak Indonesia menjadi manusia-manusia yang cerdas dan bisa membanggakan Indonesia. Tidak akan ada lagi anak-anak kecil yang berkeliaran di lampu merah untuk mengamen, tidak akan ada lagi bayi-bayi yang dibawa untuk mengemis.
Andai saja Indonesia bisa menyediakan pendidikan gratis sampai dengan tingkat perguruan tinggi yang diberlakukan untuk semua orang baik kaya ataupun miskin, baik kota maupun daerah, maka anak-anak muda tersebut akan siap untuk bekerja membangun negeri ini dengan cepat. Jika pendidikan tinggi gratis, tidak akan lagi praktek jual beli ijasah palsu yang bisa menyebabkan orang yang tidak berkompeten bekerja di posisi yang strategis. Semua dinilai benar-benar berdasarkan kemampuan diri masing-masing.
Semoga saja tulisan ini bukan hanya sebatas andai-andai saja, tapi mari kita mulai lakukan untuk diri kita, keluarga kita, lingkungan kita. Tidak perlu bermimpi untuk mengubah banyak orang, cukup dengan mengubah diri sendiri terlebih dahulu dan jika semua orang sudah mempunyai kesadaran diri yang sama maka akan tercipta Indonesia yang lebih baik lagi. Ingatlah bahwa warisan terbaik untuk anak-anak kita bukanlah kekayaan tetapi sebaik-baiknya warisan adalah ilmu yang bermanfaat. Jadi siapkah kita untuk memberikan kemerdekaan yang pantas untuk anak-anak kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung :D
Sukses selalu dan Salam Hormat :)
*)