IkLaN

IkLaN

Copas International

IkLaN

IkLaN

Rabu, 18 November 2015

Revolusi Mental Pendidikan

Revolusi Mental Pendidikan
OLEH : NOVI ZAKIAH
Pendidikan di Indonesia  menuntut para pelajar untuk bisa lulus dalam setiap pelajaran atau mata kuliah.Contohnya saja , dengan di adakannya UN. UN dijadikan patokan nilai untuk kelulusan sekolah dan menjadi kunci untuk masuk perguruan tinggi.

Menurut saya, jika hal ini di lakukan, maka yang ada para pelajar tersebut merasa terbebani dan merasa terpaksa untuk mengerjakan sesuatu hal yang tidak mereka minati. Seharusnya kita bisa melihat dan mencontoh pendidikan yang ada di Finlandia. Yang mana, kurikulum pendidikan di sana di sesuaikan dengan minat dan bakat yang di miliki oleh setiap siswa. Dan di Negara Finlandia, tidak ada sistem rangking. Sehingga siswa di sana tidak merasa berbeda dengan yang lain. Atau boleh di katakan, tidak ada sistem persaingan yang membuat siswa yang mungkin terbelakang tidak merasa rendah diri.

Karena bagi saya, setiap orang itu berhak untuk di hargai. Dan berhak untuk mendapatkan perlakuan yang sama. Dan saya mengucapkan terima kasih kepada guru-guru yang telah mengajarkan dengan sukarela , tidak pernah pantang menyerah dalam menghadapi siswanya dan bersikap adil terhadap semua siswanya.

Saya berharap semoga pendidikan di Indonesia jauh lebih baik ke depannya. Karena yang saya lihat dan rasakan bahwa siswa di tuntut untuk lulus UN dan mendapatkan ijazah. Saya kurang setuju dengan hal ini, karena yang ada di fikiran kita bukan untuk memahami ilmunya, namun bagaimana agar kita lulus dan mendapatkan nilai.

Dalam hal ini, segala aspek yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan itu sendiri adalah orang tua, Pemerintah dan para pendidik / guru. Orang tua sangat berperan penting dalam mencetak generasi emas Indonesia. Karena pendidikan pertama saat mereka lahir yaitu ada di tangan ke dua orang tuanya. Jika sejak awal ke dua orang tua salah mengarahkan / memberikan pendidikan kepada anaknya, maka hal ini akan berdampak terhadap masa depan anaknya. Peran orang tua dalam hal ini yaitu mereka tidak boleh memaksakan kehendak mereka kepada anaknya. Seharusnya sebagai orang tua, mereka memberikan pemahaman kepada anak-anaknya untuk memberikan pilihan yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Dengan adanya komunikasi yang baik antara anak dan orang tua. Setidaknya interaksi sehari-hari , orang tua lebih mengerti akan cita-cita yang di inginkan oleh anaknya.

Untuk menunjang aspek pendidikan seorang anak , maka haruslah ada sarana yang bisa menunjang pendidikan mereka, menyalurkan bakat yang mereka miliki dan sosialisasi terhadap orang lain. Seperti contohnya sekolah dan yayasan pendidikan. Di dalam sekolah, adanya tenaga pengajar atau pendidik yaitu guru. Peran guru yang baik mempunyai pengaruh yang besar bagi prestasi siswa, yaitu 30% prestasi siswa di bentuk melalui guru yang professional, walaupun karakter siswa sendiri yang mempunyai presentase yang besar dalam keberhasilan seorang siswa, tetapi perlu diperhatikan andil seorang guru sangat besar. Prof. Furqan, Ph.D (2013). Peran Guru Mewujudkan Indonesia Emas 2045. (Online). Tersedia: http://kompetensi.info/berita-kampus/peran-guru-mewujudkan-indonesia-emas-2045.html[23 November 2014]

Dalam pendidikan sekolah, hendaknya bukan hanya aspek kognitif saja yang di perlukan , namun afektif dan psikomotor juga di perlukan. Karena anak yang sukses itu adalah anak yang tidak hanya memiliki ilmu pengetahuan yang luas, juga memiliki karakter dan kepribadian yang bagus. Di tunjang dengan aspek keagamaan yang luar biasa. Sehingga, seimbang antara akal fikiran dan akhlak / tingkah lakunya.

Ekstrakurikuler di sekolah-sekolah pun sudah seharusnya di perhatikan dan bisa benar-benar menjadikan sarana untuk anak-anak yang ingin mengembangkan bakatnya. Setidaknya dari awal mereka sudah tahu di mana bakat mereka dan bisa lebih mengasah kemampuan mereka di bidang yang benar-benar mereka inginkan.

Untuk mencapai generasi emas Indonesia , setidaknya kita membutuhkan anak-anak atau orang-orang yang luar biasa yang bisa memberikan konstribusi terhadap Indonesia. Dalam hal ini, kita tidak boleh menganggap remeh sebagian orang yang kelihatannya tidak menonjol di bidang aspek kognitif. Karena boleh jadi, mereka itu kurang mendapat perhatian dari para pendidik maupun Pemerintah. Karena pada faktanya. Banyak anak yang tidak bisa bersekolah, karena faktor ekonomi keluarga. Sangat di sayangkan, anak-anak tersebut tidak mendapatkan pendidikan yang sama dengan mereka yang bisa bersekolah. Ini merupakan tanggung jawab bersama untuk lebih peduli terhadap pendidikan anak di masa yang akan datang.

Di berbagai sekolah , juga ada perbedaan kelas. Yang mana ada anak yang di tempatkan di kelas yang unggul dan ada yang tidak unggul. Saya merasakan betapa kesenjangan sosial yang ada di Indonesia ini. Kalau boleh jujur, saya tidak suka dengan pengelompokkan tersebut. Karena anak yang berada di kelas tidak unggul  merasa bahwa mereka itu tidak lebih dari temannya. Dan rasa percaya diri dan minder terhadap teman yang lain itu lebih besar. Karena mereka merasa sudah di cap sebagai anak yang tidak unggul. Walaupun mungkin ini hanya perasaan sebagian orang. Jika dari kecil saja mereka merasakan adanya persaingan. Maka saat besar pun , mereka merasakan hal itu. Bisa di bilang , saat sekarang ini saja, untuk menduduki posisi penting , seperti contohnya pemilihan presiden, anggota dewan. Itu mereka saling berebut dan menghujat satu sama lain.

Tidak hanya itu, kasus contek mencontek , itu adalah bentuk dari ketidak jujuran dari seorang siswa. Yang mana mereka berfikir bahwa nilai itu lebih penting dari pada ilmu. Dari sini saja , kita bisa melihat bahwa kepribadian dari ketidak jujuran itu di bentuk sejak dini. Bagaimana mungkin kita mau membangun Generasi Emas Indonesia , dengan mengandalkan aspek kognitif saja , sedangkan kepribadian kita seperti tidak jujur saja di ragukan ?

Banyaknya pengangguran juga merupakan faktor karena  banyaknya orang berfikir bagaimana bisa masuk kerja dengan ijazah yang di miliki. Bukan memikirkan bagaimana caranya membuka lapangan pekerjaan. Ini merupakan soft skill yang seharusnya di miliki oleh setiap siswa. Karena setiap orang itu mempunyai bakat masing-masing. Dan jika hal itu di asah, maka hal itu akan menghasilkan seseorang yang expert pada bidangnya masing-masing.

Untuk membangun generasi emas Indonesia seharusnya kita memiliki rasa tanggung jawab yang besar, memiliki komitmen dan kejujuran yang tinggi. Agar korupsi dan nepotisme sedikit demi sedikit bisa hilang dari budaya Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung :D
Sukses selalu dan Salam Hormat :)
*)

W M Transfer

W M Transfer

IkLaN