IkLaN

IkLaN

Copas International

IkLaN

IkLaN

Kamis, 19 November 2015

Perisai Kejujuran Melawan Korupsi

Perisai Kejujuran Melawan Korupsi
OLEH : ANGGER MEINA PRAMUDYATIN
Akhir-akhir ini banyak media massa yang menjadikan korupsi sebagai topik utama dalam penyampaian informasi di dalamnya. Korupsi benar-benar telah menjadi tren dalam dunia kejahatan publik yang marak terjadi di Indonesia. Banyaknya berita mengenai korupsi di negeri ini membuat telinga panas saat mendengarnya. Bagaimana tidak ? Di saat rakyat kecil tengah menangis dan meringis karena kesusahan mencari sesuap nasi, para tikus berdasi tersebut malah sibuk melahap jatah rakyat yang bukan haknya. Lebih menjengkelkan lagi, ketika telah ditetapkan sebagai tersangka alias koruptor, mereka masih sempat-sempatnya mengumbar senyum selebar senyum Joker ketika disorot puluhan lensa kamera dihadapannya. Kadang melambaikan tangan bagai model, bahkan pura-pura berubah wujud seperti sosok alim namun zalim demi mendapat simpati dari masyarakat. Sungguh tikus berdasi tak tahu malu!

Heran. Mengapa sebagian besar koruptor berasal dari golongan orang-orang berotak cemerlang ? Mengapa para politikus akademikus, wakil rakyat serta pejabat hebat yang banyak terjerat kedalamnya ?

Mereka semua adalah orang-orang yang cerdas di otak namun tidak di hati. Apabila mereka memilki hati yang baik, segala tindakan tercela seperti menyakiti, merampas bahkan mencuri diam-diam hak-hak milik orang lain tidak akan mereka lakukan. Oleh karena itu, masyarakat tidak hanya butuh orang pintar, tetapi juga benar.

Nah, sebenarnya apa yang dapat menyebabkan timbulnya aksi jahat yang disebut korupsi dalam diri seseorang ? Kemungkinan besar karena adanya penyimpangan perilaku pada diri orang tersebut. Sebagaimana kita ketahui, korupsi yaitu penyelewengan atau penyalahgunaan sesuatu berupa materi maupun waktu yang dapat merugikan orang lain. Perlaku tersebut kemungkinan besar berakar dari perbuatan tidak jujur yang kemudian tumbuh menjadi korupsi. Ketidakjujuran dalam bertindak dapat berakibat fatal pada diri sendiri dan orang lain. Maka dari itu, kejujuran adalah kunci utama dalam berkehidupan yang baik.

Kita sebagai penerus bangsa harus menjauhi tindakan tercela tersebut. Sikap jujur anti korupsi perlu dibangun dalam diri masing-masing. Karena kejujuranlah yang mampu membentengi kita dari nafsu yang berdampak merugikan orang lain. Sikap ini sebenarnya sudah diterapka semenjak kita sekolah. Dalam dunia pendidikan, kejujuran adalah karakter penting yang perlu dibangun dalam diri seseorang. Beruntungnya kita, karena sistem pendidikan di Indonesia berbasis pendidikan karakter untuk para peserta didiknya. Perilaku tersebut dapat kita lihat pada saat ujian maupun kegiatan belajar lainnya. Apabila kita adalah pemuda yang jujur, ketika menghadapi ujian akan malu dan merasa berdosa untuk menyontek. Apalagi menyontek pada teman sendiri. Sudah merugikan orang lain, tidak bangga pula pada diri sendiri. Perilaku jujur tidak hanya kita terapkan saat pelajaran saja, tetapi kapanpun dan dimanapun. Contohnya tetap membayar belanjaan saat berbelanja di kantin ketika sedang ramai dan pedagangnya tidak sempat meladeni kita, serta mengembalikan buku-buku yang dipinjam di perpustakaan. Itulah salah satu bentuk perilaku jujur dan bertanggung jawab yang berawal dari lingkungan sekolah. Selain itu, bentuk kejujuran lainnya sangat diperlukan ketika kita sedang menghadapi proses masuk perguruan tinggi, tes bagi calon pegawai negeri sipil hingga pengangkatan jabatan. Sebagaimana telah diketahui bahwa tindakan kolusi dan nepotisme marak menjamur pada moment seperti ini. Kedua tindakan yang merupakan ‘saudara’ korupsi tersebut sudah bukan rahasia lagi. Banyak orang yang rela melakukannya demi mendapat apa yang diinginkan. Sehingga dampaknya seolah merampas hak atau peluang orang lain yang lebih pantas mendapatkannya. Inilah yang akan menjadi bibit-bibit ketidakjujuran yang tertanam dalam diri hingga berkembang dalam bentuk yang lebih mengerikan seperti korupsi.

Sedihnya, banyak orang yang mengatakan bahwa korupsi telah menjadi budaya dalam masyarakat Indonesia. Seharusnya kita malu terhadap pernyataan tersebut yang hampir mendunia. Karena pada dasarnya perilaku tersebut bukan cerminan dari prinsip bangsa kita yang berbudi luhur, adil, makmur dan saling menghargai.

Sebagai pemuda-pemudi yang cerdas dan bermoral baik, kita harus menjauhi sifat ketidakjujuran yang nantinya akan menjelma menjadi korupsi. Mulailah dengan menanamkan sifat tersebut dalam diri masing-masing, lingkungan keluarga hingga masyarakat luas. Semboyan Anti-Korupsi selalu terpatri dalam diri kita. Tidak hanya secara lisan, namun juga tindakan.  Rasa tanggungjawab dan takut kepada Sang Pencipta adalah landasan yang harus kita pegang teguh. Rasa kepedulian terhadap sesama dan tidak merampas hak orang lain merupakan etika yang harus selalu diterapkan dalam kehidupan sosial. Sehingga kelak kita akan mewujudkan negara Indonesia yang bersih dan bebas korupsi.

Terakhir... Untuk para koruptor yang telah bersemayam di dalam bui, hendaknya bertaubat dan belajar memperbaiki diri. Jangan bangga dengan apa yang dialami. Apalagi sampai mengulanginya lagi. Sungguh tidak tahu diri. Asal perlu anda sekalian ketahui, betapa ruginya negeri ini. Karena ulah kalian yang keji. Semoga Tuhan mengampuni dan memberi hidayah pada diri kalian pribadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung :D
Sukses selalu dan Salam Hormat :)
*)

W M Transfer

W M Transfer

IkLaN