IkLaN

IkLaN

Copas International

IkLaN

IkLaN

Selasa, 17 November 2015

Kasihan Indonesiaku

Kasihan Indonesiaku
OLEH : FIERZA YAMUIZ
Saya adalah seorang pelajar dengan khayalan tingkat tinggi untuk berkeliling dunia. Setiap hari saya berfikir bagaimana saya bisa pergi keluar negeri tanpa harus merepotkan orang tua saya, meskipun ujung-ujungnya juga meminta uang sangu kepada mereka.

Berbagai cara saya lakukan agar saya memiliki alasan kuat untuk memenuhi hasrat berkenala saya. Mengikuti tes disana-sini, mencari informasi beasiswa, melihat-lihat website pemerintah baik dalam negeri maupun luar negeri untuk mencari apakah mereka membuka kesempatan untuk melakukan studi banding, dan masih banyak lagi.

Pernah pada suatu hari pada musim dingin saya pergi ke Republik Ceko untuk menjalankan tugas oleh salah satu organisasi pelajar dunia. Disana, saya mengajar anak-anak Sekolah Dasar (SD) yang terdiri dari kelas 1 hingga kelas 9. Berbekal Bahasa Inggris yang pas-pasan, saya berangkat meninggalkan tanah air seorang diri. Saat itu usia saya masih 19 tahun, dan saya akan tinggal di Negara orang selama hampir 2 bulan. Disana saya tinggal nomaden karena saya harus berpindah mengajar dari satu sekolah ke sekolah lain di setiap minggunya. Terkadang, saya tinggal di hostel, dan terkadang saya juga tinggal bersama keluarga asuh saya.

Singkat cerita, saya adalah orang Indonesia yang sudah bosan dengan pantai. Karena dahulu saya tinggal dekat dengan pantai saat masih kecil. Namun berbeda rasanya ketika saya melihat bangunan-bangunan megah dengan arsitektur menawan. Sebaliknya, ketika saya mengenalkan Indonesia kepada murid-murid saya di Praha, mereka bergitu terkesan dengan hamparan alam yang ada di Indonesia. Pantainya, gunungnya, hutannya, flora hingga fauna pun juga menjadi sesuatu yang baru untuk mereka. Mereka bahkan sangat antusias menanyakan hal-hal unik seperti Komodo yang memakan manusia, atau bahkan keberadaan suku atau ras di Indonesia yang kanibal. Namun pertanyaan yang saya selalu ingat adalah tentang wisata alam di Indonesia.

Saya tinggal bersama keluarga asuh (Host Family) bersama teman saya dari Vietnam. Saya bertanya, mengapa mereka memilih untuk mengasuh kami, dan jawabannya sangat jelas; mereka ingin berlibur ke negara kami. Jujur saya tidak tahu banyak tentang Indonesia sendiri, karena saya sendiri selalu ingin pergi ke luar negeri, bukannya mengunjungi pelosok-pelosok Indonesia terlebih dahulu.

Pantai, pantai, pantai. Selalu menjadi objek pertanyaan murid-murid dan orang tua asuh saya saya sejak saya memberitahu mereka bahwasannya Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau. Mereka terus takjub akan keindahan alam tersebut. Saya bisa memahami, Republik Ceko memang terletak di tengah dataran Eropa dan tidak memiliki pantai. Namun Indonesia lebih dari itu. Sebuah pertanyaan unik kembali muncul. “Apakah Indonesia memiliki salju?” Tanya mereka.

“Ya,” Jawab saya. Saya menayangkan gambar Puncak Jaya, dimana terdapat salju di puncak tertinggi di Indonesia. Disinilah berbagai pertanyaan muncul terkait apa saja yang ada di Indonesia, termasuk budaya, mata uang, dan masih banyak lagi. Saya sempat tidak tahu harus menjawab apa, berbekal informasi dari teman-teman di media sosial yang hobi berkeliling Indonesia, satu persatu pertanyaan mereka mulai terjawab.

Saya mulai menyadari, apalagi yang kita cari di dunia ini ketika semua hal sudah ada di Indonesia? Kami punya pantai, kami punya pegunungan, kami punya salju meski kami tinggal di iklim tropis, kami punya hutan, kami punya gurun, kami punya tebing, kami punya air terjun, kami punya flora terbesar di dunia; Rafflesia Arnoldii, kami punya hewan langka yang hanya ada di Indonesia; Komodo, kami punya kuliner yang dinominasikan sebagai makanan terbaik dunia; Rendang, kami punya tambang emas, kami punya penduduk dengan perbedaan ras dan agama, kami memiliki 500 bahasa daerah yang berbeda-beda, tetapi kami bisa hidup rukun dalam satu Negara, meskipun ada perpecahan di berbagai tempat, tetapi kita masih patut bersyukur karena yang berseteru mungkin hanya beberapa diantara 1.340 ras yang lainnya. Bisa membayangkan jika semua ras ini saling berseteru? Terlalu banyak hal yang saya lewatkan di Indonesia ini. Mungkin begitu juga dengan teman-teman semua.

Sayangnya, kita sendiri yang merusak alam Indonesia dengan tindakan-tindakan bodoh kita. Dimulai dari membuang bungkus permen sembarangan, jadi membuang isi bak sampah ke sungai, membuat alam Indonesia menjadi tong sampah dengan mengunjunginya dan meninggalkan sampah tanpa memungutnya pulang bersama kalian. Apa yang kalian harapkan dari meninggalkan sampah seperti itu? Belum lagi masalah sumber daya, kita memiliki begitu banyak penduduk. Logikanya, kita harus berhemat sumber daya. Tetapi yang terjadi justru kebalikannya. Hal paling simpel yang dapat kita lakukan adalah mencabut charger yang tidak dipakai, karena charger yang masih terpasang dengan stopkontak akan terus menyalurkan engergi listrik. Apa yang sudah kita lakukan untuk menyelamatkan Indonesia? Jangan salahkan orang lain dulu kalau kita belum pernah menyalahkan diri sendiri. Jangan biarkan Indonesia diambil alih orang lain karena kita menyia-nyiakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung :D
Sukses selalu dan Salam Hormat :)
*)

W M Transfer

W M Transfer

IkLaN