IkLaN

IkLaN

Copas International

IkLaN

IkLaN

Rabu, 11 November 2015

Jauhkan Plagiat dari Pendidikan di Indonesia untuk Menghindari Sikap Instan

Jauhkan Plagiat dari Pendidikan di Indonesia untuk Menghindari Sikap Instan

OLEH : FIFI NOFIYANTI
Pendidikan menjadi fondasi yang kuat untuk menjalankan kehidupan bermasyarakat. Adanya pendidikan membuat masyarakat memahami sesuatu yang baik dan benar. Revolusi memiliki makna perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung cepat dan menyangkut pokok-pokok kehidupan masyarakat. Perlunya revolusi mental dalam pendidikan untuk memperbaharui pendidikan di Indonesia agar menjadi lebih baik, jelas dan tidak sekedar ikut-ikutan. Karena zaman sekarang sedang maraknya ikut-ikutan atau mengikuti trend yang ada, bukan meningkatkan kreativitas yang tinggi pada dirinya sendiri. Pada kenyataannya di masyarakat menjadi serba salah, serba mirip dan serba ingin tahu. Contohnya saja, serba salah dalam bertindak yang baik, namun tetap disalahkan. Bahkan kebaikan dan kejujuran itu tidak menjadikan lebih cepat dalam mengurusi berbagai hal, justru cara lain yang dilaksanakan. Selanjutnya serba mirip, dalam pendidikan sering ditemukannya serba mirip atau yang disebut plagiat, terkadang karya-karya pun menjadi serba mirip dengan orang lain maupun negara lain. Kemudian serba ingin tahu, kecerdasan seseorang membuatnya serba ingin tahu urusan orang lain, padahal banyak hal-hal penting dan bermanfaat yang dapat dilakukan. Dari permasalahan-permasalahan tersebut, maka perlu adanya revolusi mental lewat pendidikan. Agar pendidikan di Indonesia yang berdasarkan kurikulum, dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi karakter terpuji dalam diri sendiri.

Kategori pendidikan dapat dibagi menjadi, pendidikan agama, pendidikan formal, pendidikan nonformal dan lainnya. Pendidikan utama yang perlu diterapkan sejak kecil yaitu pendidikan agama, dalam pendidikan agama kita diperkenalkan dengan iman dan berakhlak yang terpuji. Dari sisi inilah pendidikan selanjutnya akan masuk dalam diri seseorang. Memiliki iman, pastinya seseorang akan menyembah Tuhannya, berarti memiliki satu tujuan. Walaupun agama di Indonesia terdiri dari beraneka ragam, namun pada intinya agama yang sebenarnya mengajarkan kita pada kebaikan. Penerapan yang kedua yaitu berakhlak terpuji, dengan mengajarkan agama sejak kecil nantinya akan mengarahkan pada akhlak yang terpuji. Sikap tersebut akan mengantarkan seseorang untuk memiliki moral yang baik, sikap sosial yang baik dan pada akhirnya dapat mencintai bangsanya sendiri.

Setelah menerapkan kepribadian sejak dini, melalui pendidikan agama, moral dan sosial tadi. Maka diperlukan pendidikan formal, karena untuk mendapatkan keterangan yang jelas dan bukti yang riil tentang pendidikan yang pernah dijalaninya. Pendidikan formal dapat dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan. Pendidikan formal dilaksanakan sejak SD hingga jenjang SMA/ SMK sederajat. Dengan pendidikan formal, dapat mengantarkan kita pada jenjang pendidikan selanjutnya. Namun, pendidikan formal bukan hanya sekedar memperoleh ijazah, tanpa didukung dengan skill.

Setelah berkecimpung di dunia pendidikan dan mengamatinya selama bertahun-tahun, diperlukan adanya sebuah revolusi mental yaitu perubahan dalam pendidikan. Penerapan pendidikan karakter memang sangat diperlukan untuk menjiwai makna pendidikan pada setiap generasi penerus bangsa. Pendidikan bukan hanya sekedar ijazah dan kata “lulus”, namun hasil dari pendidikan tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan karakter tersebut dimulai dari sejak usia dini, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Melalui pendidikan agama, formal dan nonformal, serta dukungan keluarga. Hal tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran agama, PKN, sejarah, bahasa Indonesia, dan kepribadian. Sebenarnya hal-hal tersebut merupakan dasar dalam sebuah pendidikan, namun tidak melupakan pembelajaran lainnya. Fondasi yang kuat dalam pendidikan yaitu agama, dengan hal tersebut akan menciptakan akhlak yang terpuji. Pembelajaran agama perlu ditingkatkan bukan hanya 2 jam seminggu, atau ditambahkan dengan ekstrakurikuler diluar jam pelajaran. Karena tidak semua anak akan belajar di rumah, ataupun diajarkan oleh orang tuanya, bahkan mengikuti kegiatan mengaji atau TPA (taman pendidikan Al-Quran). Oleh karena itu perlu adanya perubahan dalam hal tersebut. Seseorang yang memahami agama dengan benar, akan memiliki sikap yang baik. Tentunya mereka tidak melakukan tindakan berbohong maupun plagiat. Setelah penerapan tersebut, perlu adanya pembelajaran PKN yaitu pendidikan kewarganegaraan. Pembelajaran ini untuk menerapkan karakter penerus bangsa agar mencintai bangsa dan negaranya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan sikap-sikap terpuji sebagai ciri khas suatu negara. Setelah penerapan dari pembelajaran PKN, maka generasi penerus bangsa perlu diajarkan tentang sejarah. Karena bangsa yang besar tidak akan pernah melupakan sejarah dari para pahlawannya. Dari hal itulah, kita dapat menghargai jasa para pahlawan yang telah membela negaranya, serta mengetahui bagaimana Indonesia dapat berdiri merdeka. Tidak lupa diajarkan juga tentang bahasa Indonesia, karena merupakan bahasa persatuan dari seluruh warga negara Indonesia. Bahasa lain atau bahasa asing memang perlu dipelajari, namun jangan melupakan jati diri bangsa yaitu bahasa Indonesia. Dengan cara ini, kita dapat menerapkan karakter atau kepribadian yang sesuai dengan ciri khas bangsa. Tidak mengenal adanya konflik, permusuhan, maupun cara-cara anarki lainnya. Sebagai bangsa yang berpendidikan dan berbudaya, sudah seyogyanya memiliki kepribadian yang arif dan bijaksana.

Namun, pendidikan formal yang dijalani lebih banyak tindakan plagiat dalam prosesnya. Pendidikan sangat penting diajarkan sejak dini, kita perlu mengajarkannya untuk kreatif dalam membuat sesuatu. Bukan lagi mencontoh hasil karya orang lain, hal itulah yang menjadi dasar generasi penerus bangsa nantinya. Karena jangan sampai dikatakan bahwa ” generasi penerus bangsa yang copy-paste atau sekedar ikut-ikutan” tanpa memiliki pendirian yang pasti. Namun, boleh saja jika hanya sekedar melihat karya orang lain tanpa melakukan tindakan plagiat. Oleh karena itu, seorang pendidik harus jeli dalam mengoreksi hasil karya siswanya. Kemudian untuk tingkatan pemerintah dan juri-juri lomba, juga perlu memperhatikan hal tesebut. Beberapa kali ditemukan hasil karya skripsi yang plagiat, isinya sama dengan orang lain. Namun, hal tersebut tidak diketahui secara jeli orang pendidik, serta orang-orang yang berkaitan dengan pendidikan. Perlu adanya sanksi keras untuk orang-orang yang melakukan plagiat tersebut. Karena awal mula plagiat membuat orang menjadi tidak jujur atau berbohong, yang pada akhirnya semua kehidupan sehari-hari dapat diperoleh dengan cara instan, tanpa berusaha keras dan melakukan pengorbanan.

Kebiasaan-kebiasaan instan itulah yang menenggelamkan kepribadian bangsa. Oleh karena itu, dari segi pendidikan inilah perlu adanya revolusi mental yang dilakukan untuk perubahan lebih baik. Hal-hal tersebut dapat diubah melalui pendidikan, karena hal yang mendasar dan dilakukan sehari-hari oleh generasi muda melalui pendidikan. Jumlah jam di rumah bersama orang tua lebih sedikit, dibanding keberadaannya dalam dunia pendidikan. Terkadang seorang anak lebih percaya pada guru atau pendidiknya dibanding orang tuanya di rumah. Namun, untuk mendidik generasi penerus bangsa diperlukan kerjasama antara orang tua/ keluarga dan pendidik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung :D
Sukses selalu dan Salam Hormat :)
*)

W M Transfer

W M Transfer

IkLaN