70 Tahun Tanah Airku, Ku Titipkan Air Padamu Pak
Dirgahayu Indonesiaku. Saya masih teringat 25 tahun yang lalu betapa bersuka citanya merayakan ulang tahunmu. Tak hanya beraneka lomba yang saya ikuti, tapi aneka pameran dan pawai warna-warni juga selalu saya datangi. Rumah dan jalan-jalan dari kota hingga kepelosok desa tak hanya dihiasi bendera merah putih lengkap pula dengan lampu warna-warni. Semua hanya untuk satu hari semua berlangsung tak lebih dari seminggu. Megah, ramai, dan mewah setidaknya pemandangan seperti itu yang benar-benar lekat pada memori saya 25 tahun yang lalu, meskipun pada saat itu saya belum sepenuhnya mengerti dan memaknai kemerdekaan Indonesia sebagai suatu negara mandiri.
17 Agustus berlalu dan kemudian semua menjadi sama seperti sedia kala. Semua kemegahan, kemewahan dan keramaian hilang kembali menjadi bersahaja. Ketika turun hujan Indonesia kembali banjir pun ketika musim kemarau datang, krisis air dimana-mana. Hari ini 17 agustus untuk kesekian kalinya, di kota yang sama, saya merasakan banyak perubahan momen hari kemerdekaan Republik Indonesia. Perayaan sudah tak lagi megah, ramai dan mewah seperti sebelumnya. Beberapa pawai sudah tak ada, pameran pun sepi, tidak semua rumah memasang bendera, hanya perlombaan yang sama selalu ada dari iuran para warga dengan hadiah yang kurang lebih sama pula, pun masih sama hujan banjir kemarau kering. Ada satu yang jelas sudah lama tak ada sejak tahun-tahun terakhir. Lampu warna-warni di depan rumah warga dan di jalan raya.
Hemat energi, beruntung 17 agustus kali ini tak perlu dilewati dalam gelap karena daerah rumah kena jatah mati lampu bergilir. Ah, Pak Jokowi kepada siapa lagi saya harus sampaikan harapan saya bila bukan pada Bapak, orang yang saya pilih sebagai pemimpin negeri ini. Semoga kuping Bapak cukup tebal, jiwa Bapak cukup besar untuk mendengarkan semua keluh kesah ini. SEMUA? Tidak Pak, sebenarnya hanya dua Listrik dan Air. Dua hal yang bisa Bapak jadikan satu.
70 tahun Indonesia sudah merdeka Pak, kita meredup kehilangan cahaya. Kota-kota sering mati lampu bergilir, apalagi desa, hutan dan semua yang tinggal di balik pegunungan. Saya yakin Bapak tahu bahwa masih ada 25.000 desa di Indonesia masih gelap 70 tahun lamanya menurut catatan Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Saya yakin Bapak tahu sehingga proyek 35.000 Megawatt yang Bapak janjikan memberi kami harapan besar. Tapi kami juga tahu bahwa data DFID dan Bank Dunia pada tahun 2007, Indonesia tercatat mempunyai potensi Listrik tenaga air hingga 76,7 GW, sedangkan yang sudah dikembangkan baru 4,2 GW. Tanpa data itupun kami tahu bahwa potensi sumberdaya air Indonesia sangat besar. Tingginya curah hujan sebesar 2.500 milimeter hampir merata ke seluruh penjuru negeri. Letak Negara kita diantara dua samudra, 1.900 sungai yang kita punya, luas lautan dan aneka danau yang kita miliki. Bapak tahu itu, sayapun tahu itu, rakyat Indonesia tahu betapa besar potensi Energi yang kita punya dan saat ini saya hanya berharap satu hal, yaitu Air.
Pak jokowi, semoga pundak Bapak cukup lebar dan kuat bila saya rakyat Indonesia yang memilih anda meletakkan beban dan harapan air di Indonesia pada anda. Biarlah Pak, biarlah batu bara dan gas yang memang sudah menipis itu tak usah diributkan lagi walau itu semua juga milik tanah kelahiran kami. Biarlah kami hanya merasakan jalan rusak dan macetnya saat truk-truk pengangkutnya selalu melewati jalan provinsi kami. Saya hanya ingin menitipkan Air. Agar negeri ini tak selalu sama, Hujan banjir, Kemarau kering. Sudah saatnya Negara kita memaksimalkan potensi energi terbaharukan, memanfaatkan luas lautan yang kita punya dengan bersungguh-sungguh membangun PLTGL, memanfaatkan 1900 sungai yang kita punya, danau dengan membangun PLTA, PLTM diseluruh Indonesia. Saya ingin Bapak memilih pembantu yang tepat untuk Bapak. Pembantu yang tahu bahwa kebutuhan Listrik negeri ini KRITIS. Pembantu yang tahu bahwa Indonesia masih kekurangan Air bersih. Pembantu yang tahu bahwa bagi kami rakyat Indonesia tidak mempermasalahkan jika Pemerintah di dukung swasta demi 35.000 megawatt. Karena kami rakyat Indonesia tahu ada banyak perusahaan swasta milik anak negeri yang mengembangkan proyek energi terbaharukan. Lagipula kami tak lupa PLN alami insifiensi. Perlibatan pihak swasta milik anak bangsa justru melahirkan lapangan pekerjaan, menambah kebutuhan kompetensi professional dibidang ini dan meningkatkan perekonomian nasional. Pihak swasta tentu memperhitungkan profit sehingga setidaknya meminimalisir “over budget” yang selama ini terjadi bila penggarapan proyek ditangani pemerintah sehingga turut mencegah korupsi.
Pak Jokowi, saya tidak berharap banyak, bahwa setiap rumah di Indonesia bisa memiliki mesin cuci piring sebagai alat elektronik normal seperti di luar negeri, saya tidak berharap sejauh vacum cleaner adalah elektronik yang biasa-biasa saja karena rakyat anda dengan kebersahajaannya sangat hemat energi sehingga sapu adalah pilihan kami. Saya juga tidak bermimpi segera secepatnya air pam yang mengalir ke rumah saya bisa segera saya pasang panas dingin dan bisa langsung saya tuang ke gelas tanpa dimasak terlebih dahulu walaupun itu bukan hal mewah di luarnegeri.
Saya hanya berharap setidaknya kelak anak saya tidak perlu memasang di ingatannya tentang ada acara mati lampu. Cukuplah saya saja yang ditertawakan terpingkal-pingkal ketika susah payah menjelaskan apa itu mati lampu pada teman-teman saya di luar negeri. Saya tidak bermimpi bisa berlari-lari fajar hari di hutan desa-desa yang didalam hutannya diterangi lampu-lampu. Saya hanya berharap rumah-rumah di 25.000 desa itu memiliki lampu. Saya hanya berharap jalan-jalan tidak kekurangan pencahayaan sehingga kriminalitas dan bahaya bisa diminimalisir. Saya hanya merasa anak saya tidak perlu menangis semalaman karena panasnya mati lampu dan nyamuk yang semakin merajalela. Tanpa mati lampu saja malaria demam berdarah sudah jadi epidemi negeri ini. Saya hanya tidak ingin kelak anak saya kembali mendapat pertanyaan seperti saya ketika berhadapan dengan bangsa lain “kamu tau ini stecker”.
Seorang Dhani Irwanto menulis buku ilmiah yang berjudul Atlantis Yang Hilang ada di laut Jawa. Saya ingin pula mengabarkan kepada semua teman saya di seluruh dunia betapa hebatnya Indonesia tanah air saya, tanpa harus ditertawakan betapa negeri dengan potensi sumber daya air yang begitu besar tenyata tercatat dalam 10 negara yang sebagian penduduknya tidak mempunyai akses ke air minum. Saya hanya titipkan air padamu Pak. Saya hanya tidak lagi ingin terus keheranan setiap musim kemarau betapa sulitnya air bersih bagi negeri ini. Dan setiap musim penghujan hanya berkeluh kesah susah air bersih karena kotoran banjir. Saya tahu Bapak dan pembantu-pembantu Bapak tahu benar begitu banyak teknologi pengolahan air yang seharusnya sudah sejak lama bisa dinikmati bangsa ini. Saya beserta rakyat Indonesia lainnya sadar bahwa peran serta kami turut andil dalam masalah ini, bahwa kami turut harus menjaga kebersihan lingkungan dan berhemat air bersih. Nenek moyangpun sudah ajarkan bagaimana kami harus menampung air wudhu agar bisa dipakai untuk cuci piring, bekas bilasan cuci piring agar dimanfaatkan kembali untuk menyiram jalan berdebu di musim kemarau agar anak-anak kami tak semakin sesak oleh polusi. Tapi lihatlah sungai-sungai kita Pak hitam karena limbah industri seolah-olah hukum mudah dibeli. Saya pun sadar Pak kompetensi insinyur untuk bidang ini dengan cita-cita yang besar masih belum memadai. Tapi kita punya Pak kita punya ratusan universitas dengan insinyur-insinyur hebat, hanya perlu menambahi bukankah kita keturunan Atlantis. Bahkan seorang Zamrisyaf yang hanya lulusan SMK asal Sumatera Barat mampu membangun pembangkit listrik dengan tenaga gelombang laut, seperti yang sudah dikembangkan EnBW milik Jerman.
10.000 karakter tidak cukup bahkan untuk memuat data betapa besar potensi air yang kita miliki. Tapi saya yakin Bapak akan dan semoga sudah memilih orang yang tepat untuk membantu Bapak sehingga masalah optimalisasi sumber daya air ini bisa terjadi. Sehingga kami tak perlu menonton media yang meributkan ketakutan soal proyek 35000 MW ini apalagi bila yang ribut pembantu yang Bapak pilih. Semoga pembantu –pembantu Bapak bisa bekerja sama, mempermudah perijinan pembebasan lahan untuk PLTA, mengurus sungai dan laut kita agar bersih, menurunkan harga dolar agar perangkat komponen kebutuhan pembangunan ini tak sulit dibeli. Pada akhirnya besar harapan saya agar anda Pak Jokowi mampu saya titipkan air padamu Pak. Kami rakyat Indonesia menitipkan air padamu Pak. Agar Indonesia 70 tahun menua dalam gelap. Agar Indonesia 70 tahun miliki air bersih yang murah milik seluruh rakyat ke seluruh penjuru negeri. Agar tak lagi ada kematian anak karena ecoli. Agar para petani tak lagi menangis sedih. Agar para nelayan tak perlu Pakai bbm dan diesel lagi sehingga harga ikan murah masyarakat tidak kurang gizi. Ku titipkan air padamu Pak, mari kita bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung :D
Sukses selalu dan Salam Hormat :)
*)