Menyongsong Kemerdekaan Indonesia dengan Hindari Perilaku Konsumtif
OLEH : RENDRA VEMBRIYANTO
Tidak terasa tujuh puluh tahun sudah, Negara Republik Indonesia merdeka. Perjuangan para pahlawan Indonesia demi memperoleh kemerdekaan bangsa ini tidak bisa dianggap remeh. Mereka dengan suka rela telah berkorban pikiran, jiwa, raga serta darahnya pun mengalir demi satu kata yaitu merdeka. Merdeka dari penjajah dan membentuk sebuah pemerintahan sendiri yang mandiri serta berdaulat baik itu secara de jure maupun de facto. Namun, perjuangan para pendiri bangsa tidak hanya sampai di situ saja. Ini merupakan hanya tahap awal dalam perjuangan bangsa ini untuk bebas dari penjajah. Beberapa tahun setelah merdeka, para pendiri bangsa harus berjuang dalam berbagai perundingan mengenai wilayah NKRI dan mengenai undang – undang yang berlaku. Selain itu, rongrongan dari berbagai kelompok yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia juga mewarnai perjuangan pahlawan. Pergantian pemerintahan silih berganti mulai dari presiden pertama yaitu Bapak Ir. Soekarno hingga presiden sekarang Bapak Ir.H.Jokowi. Mulai pemerintahan dengan masa jabatan standar yaitu lima tahunan sampai masa jabatan presiden 32 tahun pernah dialami oleh bangsa Indonesia.
Tujuh puluh tahun merdeka, Negara Indonesia masih menjadi salah satu negara sedang berkembang di wilayah Asia Tenggara. Negara Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa sebenarnya memiliki pasar yang potensial. Bangsa Indonesia cenderung komsumtif sehingga berbagai macam barang impor yang masuk ke negeri ini pasti laku terjual. Baik itu berupa barang kebutuhan sehari - hari maupun barang - barang tergolong dalam kebutuhan tersier seperti perhiasan, mobil sport, dan lain sebagainya. Apabila perilaku ini terus - menerus mendarah daging terhadap bangsa ini, maka dapat dipastikan Negara Indonesia menjadi negara yang memiliki tingkat konsumtif yang tinggi. Tingkat konsumsi suatu negara sangat dipengaruhi oleh masuknya barang impor ke dalam negara tersebut. Efek negatif yang disebabkan perilaku konsumtif dan masuknya barang impor yang berlebihan adalah jumlah devisa negara yang semakin berkurang, kreatifitas penduduk yang tidak berkembang sehingga kalah bersaing dengan warga negara asing, timbulnya kemalasan untuk menciptakan sesuatu yang baru karena banyak kebutuhan telah terpenuhi oleh berbagai produk impor, terjadi pesaingan industri dalam negeri, dapat menimbulkan pengangguran karena negara tidak dapat memproduksi barang atau jasa secara mandiri, dan lain sebagainya. Mulai dari benda - benda yang bahkan hampir tidak bernilai seperti peniti sampai benda yang berharga diimpor ke Indonesia.
Meskipun demikian, dampak negatif dari perilaku konsumtif bangsa ini dan masuknya barang - barang impor dalam jumlah yang besar dapat diatasi atau minimal bisa dikurangi dengan berbagai cara. Langkah - langkah yang dapat dilakukan meliputi kebijakan pembatasan serta selektif terhadap barang impor dari luar negeri, memberikan beban tarif pajak yang lebih besar bagi barang impor yang termasuk ke dalam kategori barang mewah, adanya kemudahan dalam mengurus briokrasi proses ekspor barang atau jasa produksi dalam negeri, pemerintah dapat memberikan berbagai macam pelatihan dan modal bagi para pengusaha untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi terutama bagi para pemuda, dan pemerintah harus bisa mempertahankan tingkat harga suatu barang di pasar dalam negeri karena hal ini sangat berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis usaha kecil dan menengah. Banyaknya barang impor yang masuk dapat mempengaruhi tingkat harga suatu barang menjadi murah atau mahal sehingga produk dalam negeri akan kalah bersaing dengan produk impor dan pada akhirnya akan bangkrut karena produknya tidak laku. Tidak hanya peran dari pemerintah saja yang diperlukan untuk mengatasi dampak negatif dari perilaku konsumtif dan masuknya barang impor dalam jumlah yang berlebihan tetapi peran masyarakat juga tidak kalah penting. Warga Negara Indonesia sebagai pelaku ekonomi harusnya lebih sadar terhadap dampak negatif perilaku konsumtif dan masuknya barang impor secara berlebihan. Masyarakat Indonesia dapat berperan dalam menciptakan lapangan kerja atau menjadi seorang pengusaha yang kreatif, inovatif, optimis, dan mandiri. Masyarakat juga harus lebih selektif dalam mengkonsumsi suatu barang. Selain itu, kampanye yang bertujuan untuk lebih mencintai produk dalam negeri juga dibutuhkan guna mengurangi ketergantungan terhadap produk impor. Hal ini dapat meningkatkan semangat para pengusaha dalam negeri untuk memproduksi barang yang berkualitas dan mempunyai daya saing yang tinggi dengan produk impor. Akan lebih baik lagi, apabila produk - produk Indonesia dapat diekspor ke luar negeri. Apalagi tahun 2015, Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA mulai berlaku di Indonesia. Para pengusaha negeri ini seharunya tidak boleh pesimis, justru dengan berlakunya MEA di Indonesia menjadi sebuah kesempatan besar untuk menunjukkan kualitas barang atau jasa hasil produksi dalam negeri. MEA dapat mempermudah proses alih teknologi dari luar negeri ke Indonesia serta ekspor barang. Tentunya, kesempatan ini harus disertai usaha yang keras, tidak cukup hanya bekerja keras tetapi harus disertai bekerja cerdas. Ayo jadi young enterpreneur! Buktikan kepada dunia bahwa bangsa Inonesia bukan bangsa yang konsumtif tapi sebuah bangsa yang kreatif, inovatif dan produktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung :D
Sukses selalu dan Salam Hormat :)
*)