INDONESIA 7.70
OLEH : NUR CHOLISH MAJID
17 Agustus 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berhasil memproklamasikan kemerdekaannya sebagai sebuah bangsa yang berdaulat dan bebas dari penjajahan. Sekarang tepat 70 tahun usia bangsa ini, jika bagi seorang manusia 70 tahun merupakan usia yang sudah termasuk renta, lain halnya dengan sebuah Negara. 70 tahun bagi sebuah Negara masih merupakan sebuah usia remaja dimana arah kebijakan dan pembangunan bangsa saat ini akan menentukan masa depan bangsa. Apakah bangsa Indonesia akan bertahan lama menjadi sebuah Negara besar atau malah menghilang dalam pusaran debu sejarah.
Dalam memperingati 70 tahun HUT kemerdekaan NKRI, seluruh masyarakat Indonesia turut serta memeriahkannya dengan berbagai macam acara peringatan dan perlombaan. Semua larut dalam suka cita hari lahirnya Bangsa Indonesia, melupakan sejenak problematika yang tengah mendera bangsa tercinta ini. Tapi disamping itu, ada baiknya dalam rangka memperingati HUT kemerdekaan NKRI kali ini, kita sebagai bangsa Indonesia juga melakukan sebuah renungan dan perubahan untuk kemajuan bangsa kedepannya dengan Indonesia 7.70.
Apa itu Indonesia 7.70?
7 Tantangan Bangsa
Dr. Djuyoto Suntani, Presiden Komite Perdamaian Dunia (KPD) mengutarakan kekhawatirannya di dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 2007 berjudul “Tahun 2015 Indonesia “Pecah”. Buku tersebut ditulis secara ilmiah berdasarkan analisis mendalam terhadap fenomena perekonomian dan perpolitikan yang terjadi di Indonesia. Selain itu buku itu juga memuat perenungan mengenai siklus 7 abad dan 70 tahun.
7 abad adalah waktu untuk bersatunya Nusantara, dimana pada abad ke 6-7 M Nusantara bersatu dibawah payung kerajaan Sriwijaya. Namun selang 70 tahun kemudian kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran dan wilayahnya pecah. Selang 7 abad kemudian tepatnya pada abad ke 13-14 M, Kerajaan Majapahit mampu menyatukan Nusantara kembali. Dan lagi-lagi dalam waktu 70 tahun kerajaan besar ini mengalami nasib yang sama dengan kerajaan Sriwijaya. Dan 7 abad setelah jatuhnya Kerajaan Majapahit, Nusantara kembali bersatu dalam suatu ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada abad 20-21 M, tepatnya 1945. Tahun ini Indonesia merayakan HUT kemerdekaannya yang ke 70 tahun. Akankah nasib Indonesia akan sama seperti pendahulunya Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit?
Sebagai segenap rakyat Indonesia tentunya tidak mengharapkan sejarah kembali terulang, maka dari itu bangsa Indonesia harus terlebih dahulu mengenali tantangan apa yang tengah dihadapinya.
Pertama adalah menipisnya sumberdaya energi. Dengan konsumsi 500 juta barrel/tahun dan cadangan minyak yang “hanya” 4,3 Milyar barrel. Ini berarti dalam waktu beberapa tahun kedepan, jika tidak ada penemuan cadangan minyak baru, Indonesia akan menjadi negara pengimpor penuh kebutuhan energinya jika tidak segera mencari sumber energi alternatif.
Kedua, ledakan populasi Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia sekitar 250 juta orang. Beberapa tahun ke depan jumlahnya akan terus bertambah sehingga memerlukan tambahan pangan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan dan lain lain. Tentu, ini bukan pekerjaan mudah. Selain konsep yang matang juga memerlukan anggaran yang besar.
Ketiga, lemahnya penegakan hukum dan belum maksimalnya pemberantasan tindak pidana korupsi juga menjadi tantangan pemerintah ke depan. Sebagai ilustrasi, meski puluhan pejabat tinggi sudah dijebloskan ke penjara karena tersangkut korupsi, namun masalah ini tetap saja muncul. Ini terjadi karena adanya kompromi-kompromi di antara oknum penegak hukum dan koruptor sehingga masalah ini tak pernah tuntas.
Keempat, ketidakadilan dan ketidakseimbangan struktur perekonomian juga persoalan yang harus memperoleh penanganan serius. Jika kita lihat sirkulasi uang di Indonesia, hampir 60 persen beredar di Jakarta, 30 persen di kota-kota besar dan desa hanya kebagian 10 persen. Padahal, mayoritas penduduk berada di desa-desa.
Kelima, Ancaman terhadap wibawa negara. Sudah beberapa kali terjadi adanya pelanggaran batas wilayah oleh Negara tetangga serta klaim-klaim terhadap kebudayaan asli Indonesia. Dan yang terhangat adalah aksi penurunan sang merah putih di perbatasan Indonesia-Papua Nugini.
Keenam, Intoleransi dan krisis kepribadian bangsa. Kerusuhan Tolikara menjadi bukti terbaru bahwa masalah intoleransi masih menjadi isu yang belum terselesaikan belakangan ini. Terlebih lagi itu menunjukkan kepribadian bangsa Indonesia yang selalu bertenggang rasa dan saling menghormati mulai mengalami degradasi yang mengkhawatirkan.
Dan terakhir, dekadensi moral dan kekacauan kemanusiaan. Dekadensi moral adalah melemahnya atau terkikisnya nilai-nilai kemanusiaan, kasih sayang dan kebersamaan didalam diri manusia. Semua ini melahirkan manusia-manusia yang suka merampas hak orang lain dan tidak mempedulikan nasib sesamanya.
7 Visi Jokowi
7 tantangan bangsa itu cukup mengkhawatirkan dan membuat anak bangsa merasa was-was akan masa depan bangsa ini. Tapi dilain pihak ada rasa optimisme yang timbul terlebih lagi ketika pemilu 2014 lalu memunculkan presiden Indonesia yang ke-7, Presiden Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi. Dalam kampanyenya pada pemilu presiden lalu, beliau mencanangkan 7 visi, yaitu:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, berkeseimbangan, dan demokratis.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa Indonesia yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Kini setelah beliau menjabat sebagai kepala Negara, sudah seharusnya 7 visi tersebut dijalankan dengan konsisten dan demikianpun dengan rakyat Indonesia untuk turut serta mengawalnya dengan baik. Saya berkeyakinan apabila terjadi sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam menjalan 7 visi tersebut, maka tantangan yang tengah dihadapi oleh bangsa ini akan mampu diatasi.
Seperti filosofi dari perlombaan panjat pinang yang selalu diadakan pada setiap perayaan 17 agustusan untuk memeriahkan HUT kemerdekaan RI. Di mana perlombaan panjat pinang menyediakan hadiah yang menggiurkan, namun bergelantungan di atas pohon pinang yang tinggi. Sehingga setiap orang yang menginginkan hadiah harus memanjat pohon pinang itu. Hanya saja ternyata tantangan yang ada bukan hanya tingginya pohon pinang tapi juga pohon pinang itu telah dilumuri oleh minyak pelumas yang licin sehingga setiap orang yang memanjat dipastikan akan tergelincir dan jatuh.
Jadi satu-satunya cara untuk mendapatkan hadiah yang bergantungan di atas pohon pinang adalah dengan bekerjasama memanjat, kerjasama inipun memiliki tantangan yang tak mudah, dimana diperlukan adanya kekompakan dan gotong royong di antara setiap anggotanya. Mereka saling menopang, orang yang berada dipaling bawah adalah pondasi yang harus kuat dan kokoh, begitu seterusnya hingga orang yang berada dipaling atas yang bertugas mengambil hadiah. Begitu hadiah didapatkan setiap anggota timpun harus merasakannya.
70 Tahun Pengalaman Berbangsa
Selain 7 visi presiden, selama 70 tahun berada dalam suasana kemerdekaan, NKRI telah menunjukkan diri sebagai sebuah Negara yang tangguh. Dimana pada awal berdirinya bangsa ini telah dicoba dengan sedemikian banyak pemberontakan dan upaya disintegrasi bangsa, namun dengan semangat persatuan dan kesatuan, NKRI tetap bertahan dan mampu menjaga kedaulatannya.
Demikianpun kala krisis ekonomi 1998 melanda Asia yang menimbulkan goncangan sosial demikian hebatnya, mampu kita atasi bersama hingga memunculkan Negara demokratis yang kebebasan dan udara segarnya masih kita hirup hingga saat ini. Bahkan krisis global 2008 mampu Indonesia lewati dengan cara yang elegan karena bersatunya seluruh lapisan masyarakat yang bergerak dengan kompak.
Itu membuktikan bahwa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia merupakan kekuatan utama dari tetap berdiri dan utuhnya NKRI. Rasa kepemilikan terhadap tanah air sehingga akan menjaganya dengan segenap jiwa dan raga. Rasa kebersamaan antar sesama yang menciptakan kerjasama tanpa memandang suku, agama, ras dan antar golongan. Rasa saling percaya untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Ketiga rasa itu menciptakan kerukunan dan gotong royong antar sesama rakyat Indonesia, yang merupakan senjata utama terbentuknya NKRI. Dimana sebelumnya perjuangan merebut kemerdekaan bersifat kedaerahan sehingga dengan mudah dipatahkan oleh penjajah. Namun semua berbalik ketika masyarakat Indonesia bersatu dari Sabang sampai Merauke berjuang bersama dengan satu tujuan yaitu kemerdekaan NKRI yang hasilnya berhasil dituai pada 17 agustus 1945.
Sekarang ujian itu datang lagi melalui 7 tantangan bangsa sebagai sebuah kado bagi 70 tahun HUT kemerdekaan NKRI. Kado yang akan semakin mendewasakan bangsa ini dan menjadikan bangsa Indonesia sebagai sebuah Negara besar yang maju dan sejajar dengan bangsa-bangsa maju dunia lainnya. Melalui persatuan dan kesatuan dengan bergotong royong dalam semangat kebersamaan untuk terus menjaga NKRI.
Jadi demikianlah, Indonesia 7.70 adalah 7 Visi strategis Presiden Jokowi yang harus diwujudkan dengan semangat 70 Tahun Dirgahayu Kemerdekaan NKRI guna menghadapi 7 tantangan Indonesia ke depan. 70 tahun pengalaman berbangsa dan bernegara sudah mengajarkan kepada seluruh rakyat Indonesia bagaimana cara mengatasi setiap masalah yang mendera bangsa ini yaitu dengan persatuan dan kesatuan bangsa melalui semangat gotong royong. Semoga dibawah presiden ke 7 dan HUT ke 70 Tahun kemerdekaan NKRI akan membawa perubahan yang baik guna menjadikan bangsa Indonesia sebagai sebuah Negara yang maju dan bertahan hingga ribuan tahun. Semoga!!!
Jayalah bangsaku, Majulah Negaraku untuk selama-lamanya, Dirgahayu NKRI….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung :D
Sukses selalu dan Salam Hormat :)
*)