Mahasiswa UI Ciptakan Helm Anti-Ngantuk
Jakarta - Angka kecelakaan lalu lintas (lalin) di Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Demikian juga jumlah nyawa yang melayang akibat kecelakaan tersebut. Dengan sendirinya, persoalan keamanan berkendara merupakan persoalan yang sangat serius. Jika tidak segera diantisipasi, bukan tidak mungkin jalanan di Indonesia akan menjadi momok yang kian menakutkan.
Berdasarkan data dari Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri menunjukkan, selama tahun 2015 tercatat sebanyak 95.079 kecelakaan lalin, yang menyebabkan 20.608 jiwa melayang. Di tahun 2016 ini, hingga Juni saja sudah tercatat sebanyak 10.881 jiwa yang melayang akibat kecelakaan lalu lintas yang jumlahnya mencapai 51.918 kejadian.
Bukan tidak mungkin, jumlah di akhir tahun akan melebihi statistik pada tahun 2015. Karena jika dilihat data per triwulan, selama periode April-Juni 2016, telah terjadi 26.867 kecelakaan lalin yang mengakibatkan 5.612 jiwa melayang. Jumlah ini meningkat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Selama April-Juli 2015, angka kejadian kecelakaan lalu lintas adalah sebesar 23.208 dan telah merenggut 4.986 nyawa. Kendaraan bermotor roda dua merupakan jenis kendaraan yang paling sering mengalami kecelakaan lalu lintas.
Dibutuhkan penanganan yang menyeluruh dari berbagai pihak untuk mengatasi persoalan ini. Dua mahasiswa Universitas Indonesia menciptakan sebuah alat yang bisa membantu pengendara kendaraan bermotor untuk tetap waspada dan siaga, terhindar dari rasa kantuk. Mengantuk sendiri merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Kedua mahasiswa tersebut adalah Angela Shinta, Fakultas Ekonomi semester tujuh dan Roy Maryo dari Fakultas Ilmu Komputer semester sembilan. Mereka menciptakan alat yang dinamakan "Buzzer", The Ultimate Safety Helmet. "Buzzer" yang berbentuk helm ini dapat mendeteksi kondisi kantuk yang dialami pengendara, lalu menggetarkan pengendara agar terjaga dari kantuknya.
Roy menjelaskan, "Buzzer" mendeteksi gejala kantuk melalui detak jantung dan gelombang otak. Detak jantung dideteksi dengan menggunakan pulse censor, sedangkan frekuensi gelombang otak dideteksi dengan menggunakan clectroencephalogram (EEG). "Melalui kerangka EEG, data array didapat dan pulse censor mendapatkan denyut jantung,’’ jelas Roy melalui keterangan resmi kepada Beritasatu.com, Selasa (6/12).
Prosesnya seperti ini, pola data dikirim dan diterima alat yang dinamakan Arduino Uno. Microcontroller ini menangkap sinyal berupa frekuensi gelombang otak dan detak jantung. Lalu mengubah data array menjadi hertz, serta membaca kecepatan denyut jantung. Dengan menggunakan program pola, akan diketahui apabila detak jantung kurang dari 80 bpm (beats per minute) dan frekuensi gelombang mencapai theta (4-8 herts). Hal tersebut merupakan indikasi terjadinya kantuk.
Jika hal itu terjadi, gelombang akan diubah menjadi perintah bagi motor penggetar untuk memberikan getaran. Motor penggerak menjadi aktif dengan tingkat getaran tertentu untuk membuat pengendara kembali sadar dalam berkendara. "Output-nya, alat mengirimkan peringatan berupa getaran bagi pengemudi agar kembali pada posisi sadar,’’ jelas Roy.
Menurut Angela, kantuk merupakan penyebab kecelakaan kendaraan bermotor yang sulit diatasi. Ini karena kantuk termasuk kondisi yang merupakan sifat alami manusia. Menjadi berbahaya ketika kantuk datang di saat tengah mengemudi.
Yudo Dahono/YUD
BeritaSatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung :D
Sukses selalu dan Salam Hormat :)
*)