Lapan Tingkatkan Pengamatan Dinamika Atmosfer
Beritasatu.com (Beritasatu.com)
Jakarta - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) terus meningkatkan pengamatan atmosfer dan ionosfer dengan perangkat Equatorial Atmosphere Radar (EAR). Radar ini bahkan sudah beroperasi selama 15 tahun di Kototabang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Tahun 2001, Lapan bekerja sama dengan Research Institute for Sustainable Humanosphere Universitas Kyoto Jepang untuk membangun dan mengoperasi perangkat tersebut.
Kepala Lapan, Thomas Djamaluddin, mengatakan, penelitian di terkait atmosfer sangat penting karena atmosfer Indonesia adalah penggerak dinamika atmosfer global.
"Indonesia menjadi daerah paling aktif, atmosfer equatornya menarik perhatian peneliti internasional," katanya di sela-sela Seminar Internasional dan Peringatan 15 Rahun EAR di Jakarta, Kamis (4/8).
EAR merupakan radar terbesar di equator dengan diameter 110 meter. EAR juga memberikan data atmosfer dan ionosfer secara lengkap dengan resolusi spasial dan temporal yang tinggi.
Radar tersebut berfungsi untuk pengamatan arah dan kecepatan angin tiga dimensi pada ketinggian 1,5 km sampai 20 km. Selain itu EAR juga mampu mengamati ketidakstabilan lapisan ionosfer pada ketinggian di atas 90 km. EAR juga terdiri dari 560 yagi antena yang beroperasi pada frekuensi MHz dengan power puncak saat transmisi 100 kW.
Terkait tujuan penelitian atmosfer, Thomas mengungkapkan, penelitian ini berkontribusi memberikan pemahaman dinamika atmosfer equator bagi masyarakat internasional.
"Kita juga ingin meningkatkan kualitas penelitian untuk memahami wilayah atmosfer di equator," ucapnya.
Kepala Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lapan Halimurrahman menjelaskan, EAR tergolong radar canggih. Data atmosfer vertikal yang dihimpun beresolusi tinggi dengan waktu setiap 5 menit dari permukaan 2 km-20 km hingga atmosfer bawah hingga 100 km.
"Data resolusi tinggi ini untuk mengetahui ketahui dinamika equatorial yang belum dipahami utuh. Apalagi Indonesia salah satu pusat konveksi aktif di dunia di antara 3 lokasi lainnya," katanya.
Selain Indonesia, wilayah equator yang paling aktif adalah wilayah equator Brazil, Amerika Selatan dan Afrika Selatan.
Melalui hal itu lanjutnya, mampu dipahami dinamika atmosfer di equator dan bisa mengembangkan modeling serta simulasinya. Pemodelan yang dimaksud dapat memberikan sumbangan, prediksi atmosfer yang lebih baik ke pemangku kepentingan terkait.
Suara Pembaruan
Ari Supriyanti Rikin/FER
Suara Pembaruan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung :D
Sukses selalu dan Salam Hormat :)
*)